12 Agustus 2013

Paranoid Aswaja Indon Menghadapi Wahabi

Aswaja Indon bukanlah sebutan untuk Aswaja yang banyak ditulis dalam sejarah perjalanan perkembangan paham paham Islam dari masa ke masa. Aswaja Indon lebih tepat sebuah muara pemikiran Islam Kejawaan, atau sentralisasi kiblat beragama berdasarkan retorika berpikir Jawa. Terutama gagasan gagasan Walisongo, menjadi kiblat utama mereka menafsirkan Islam, sehingga tidak memerlukan legalitas agama dari Islam asalnya. Sebab terlalu banyak potensi kejawaan di dalamnya yang dikemas dengan kata ”Ulama Pewaris Nabi”, meskipun kenyataannya bukanlah warisan nabi yang menjadi standar keagamaannya.
Kata ”Aswaja” menjadi kependekan dari Ahlus-Sunah wal-Jamaah, justru tidak ada relevansinya dengan metode “Ahlus-Sunnah“yang terdapat dalam kitab kitab klasik. Nama “Aswaja” bisa disebut sekedar legalisasi kelompok tradisional guna meluluskan banyak ide-ide cemarlangnya dalam memasarkan paham-paham kejawaan yang dikemas dengan nilai amaliyah Islam. Sama halnya dengan seorang yang pakai nama Nabi: ”Muhammad”, nama tersebut bisa dipakai semua orang, tetapi tidak berarti bahwa nama ”Muhammad” merupakan kepribadian orangnya. Aswaja Indon lebih tepat disebut jelmaan aliran-aliran 'aqliyah, yang menempatkan akal manusia jauh diatas dasar dasar naqliyah. Sehingga lebih menyerupai sebuah alibi menguasai massa, bukan pada target agama yang monumental kenabian.
Itulah sebabnya Aswaja yang korelasi dengan kombinatif Jawa Islam sulit menerima paham-paham produk orang lain yang mengusik ketenangannya. Aswaja yang dibesarkan dan banyak diasuh oleh militansi lingkungan Syi'ah menjadi benteng utama perlindungan Syi'ah dalam membendung arus pemikiran Wahabi, kendati statement 'wahabi' menjadi lebih trendy di kalangan Syi'ah. Aswaja cukup menjadi jembatan tol penyebarangan Syi'ah menuju wilayah orang-orang yang masih primitif dalam beragama. Maksudnya dalam mempertahankan ajaran-ajaran adat lewat jendela agama. Sebagai bukti dalam percaturan agama Islam, hanya Aswaja Indon dan Syi'ah yang memaksa umat agar menolak Wahabi, sekalipun dengan sekedar aksen kebohongan yang mereka buat.
Perpaduan Aswaja Indon dan Syi'ah sangat luar biasa, bahkan tak ada perbedaan dalam menangkis dakwah-dakwah Wahabi. Kedua kelompok ini dengan taqiyahnya selalu mengecilkan kata “wahabi” bukan dengan nalar ilmiah, tetapi apologetik yang disebut Taqiyah. Misalnya perkataan perkataan Aswaja Indon tentang Al-Bany, seorang Ulama hadist abad moderen, bagaimana adab adab yang diajarkan di pesantren menjadi redup seketika, ketika kyai-kyai mereka berteriak lantang dengan menyebut ”wahabi” sebagai ajaran sesat. Muncul serentetan kebencian yang di luar akal sehat : ”Albani desibut ngalbany, Utsaimin disebut ”Ngusaimin , Bin Baz, disebut si buta ngabas”. terhadap Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim al Jauzi sebagai bapak yang melahirkan ‘ Muhammad bin Abdul wahabpun disebut juga dengan kata kata yang tidak beradab. Syi'ah paling berhasil dan memetik buahnya dengan kekeruhan berfikir Aswaja, yang membuat aswaja Paranoid dengan Wahabi.
Tidak ada lagi sopan santun pesantren yang konon mengajarkan akhlaqul karimah; yang ada pembelaan membabi buta mereka dalam mempertahankan warisan adat (maaf bukan warisan Islam). lewat aksi aksi kebencian dengan berbagai modus dan tipe anti kebencian yang mereka lontarkan. Porsi terbesar di tentukan oleh KH. Said Aqil Siroj, seorang ketua Umum PB NU, mengaburkan wahabi dengan sebutan cikal bakal terorisme, meskipun tindakan kang said banyak yang menentangnya dari kalangan NU. Ucapan ucapan Said Aqil siraj-pun melewati batas, dengan menggambarkan bom bom yang meledak di Indonesia dan negara negara Asing sebagai bagian dari sepak terjangan wahabi. Said Aqil Siroj paling lantang dan paling cerdas dalam membangun opini anti wahabi, dengan menyebut wahabi sebagai sebuah kelompok yang berbeda dengan Islam. Pengkafiran Said Aqil banyak ditiru santri-santri dari masyarakat muslim yang tergabung di NU, bahwa sumber terorisme adalah wahabi. Hingga dalam berbagai wawancaa KH. Said Aqil Siroj dalam berbagai media mengumandangkan anti wahabi, sebagai musuh agama. Sebuah rencana Syi'ah yang luar biasa, terlalu banyak ulama ulama yang masuk perangkap Syi'ah dan menjadi pembela kebatilan.
Taqiyah taqiyah Aswaja yang ditebarkan di berbagai media selalu menyebut Wahabi sebagai islam radikalisme, tanpa memperhatikan sikap-sikap arogansi warga NU, banser, Anshor yang membabi buta mengobarkan permusuhan dengan cara merusak pengajian pengajian MTA, misalnya. Dalam hal ini NU berdiri yang paling Islam, ketika memporak-porandakan pengajian orang lain dengan sekedar asumsi : ”itu si MTA ngatain NU syirik dan bid’ah segala”. Ketersinggungan NU ini bisa dilihat di situs resminya, bagaimana gaya NU menulis berita dan artikel anti wahabi. Dominan disebut provokasi NU terhadap kelompok-kelompok Islam. Terkadang menyuarakan Aswaja NU Indon sebagai kelompok pluralis sejati, walaupun pada intinya sangat standar ganda. Diantaranya mencela dan merusak kegiatan dan kelompok lain.
Densus 99 produk pemikiran Aswaja Indon, lebih memenuhi kriteria mata-mata NU dalam melacak kegiatan kegiatan Wahabi dalam berbagai arena. Bahkan dengan kekuatan otot Aswaja Indon bisa mengerahkan massa untuk memberangus paham lain yang tidak sejalan dengan Aswaja Indon, dengan alasan mengganggu kelompok mereka. Contoh lain dari taqiyah NU, “wah wahabi keji, tidak mau membantu rakyat Palestin”, bahkan meminta rakyat Palestina meninggalkan negerinya. Padahal sejak perjuangan pembebasan rakyat Palestina tidak pernah terlepas dari Dana Arab Saudi. Juga pernah menyebut  wahabi mencabut nama “Israel” dari buku hitam musuh musuh Islam. Padahal kalau mau bercermin muka, Wahid Institute itu apa? dari mana dananya. Termasuk dana dana dari Israel atas Yayasan Simon Peres itu dari mana. Terlalu banyak gaya dan taqiyah aswaja yang lebih dominan kalau disebut ”anak anak syiah wilayah jawa (aswaja) yang mengambil bagian menciptaka paranoid dalam kehidupan Aswaja dalam berdampingan dengan paham lain.
[selesai – dikutip dari : kompasiana dengan sedikit perbaikan kata].
*******

Saya berkata : Artikel di atas menarik, hanya saja pemakaian kata 'taqiyyah' kurang tepat. Makna taqiyyah adalah : Menyembunyikan keimanan karena tidak mampu menampakkannya ditengah-tengah orang kafir dalam rangka menjaga jiwa, kehormatan dan hartanya dari kejahatan mereka. Mungkin kata yang tepat yang menggantikan kata 'taqiyyah' dalam artikel di atas adalah 'tuduhan' atau 'propaganda' atau sejenisnya.

59 komentar:

  1. saya tersenyum dengan kepanjangan New aswaja tersebut " ”anak anak syiah wilayah jawa (aswaja) "...

    kok bisa2nya yang membuat singkatan itu , tapi maknanya memang tidak jauh sih dari realitanya.


    anang dwicahyo

    BalasHapus
  2. Na'am, itu kalau dilihat dari sisi karakter...
    Dan kalau dilihat dari sisi 'Aqidah, mereka lebih sangat jauh-jauh-jauh dan jauh lagi dari 'Aqidahnya Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah asli yang dikenal dalam kitab2 klasik....

    BalasHapus
  3. kebanyakan amalan ASWAJA versi NU adalah Tarawih dengan 20 Raka'at dan 3 raka'at witir.

    akan tetapi sebua masjid di BATAM masjid NU resmi Tarawihnya 8 raka'at dan witir 3 raka'at

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Saya rasa ahli sunnah waljaah di indon sangat baik, jika ada Ɣªήğ asal_asalan tu yang ngaku" ahli sunnah. Dan menurut saya wahabi sangat salah kalau dia melarang untuk larangan membaca maulid, karna maulid itu tanda kecintaan kepada nabi muhammad saw.

    BalasHapus
  6. @Anonim 15 Agustus 2013 20.38, aswaja indon memang sangat baik, lebih baik dari pada para sahabat nabi, krn mereka (para shabat tdk pernah merayakan maulid) jd mrk tdk cinta pada nabi, juga lebih baik (dan lebih cinta Nabi) drpd Tabi'in, krn mereka juga tdk pernah merayakan maulid,begitu juga dgn Tabiut-Tabi'in, mereka tdk pernah merayakan maulid, jadi shahabat, tabi'in dan tabiut'tabi'in tdk cinta kpd nabi karena tidak pernah merayakan maulid. Hanya aswaja indon yg cinta nabi, selamat anda berhak mendapatkan 'creative innovation award'

    anonimjuga

    BalasHapus
  7. Aswaja Indon aqidahnya amburadul!
    Parah dan rusak berat malah tak mencerminkan aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah,..bisa dilihat dari amalan sehari-harinya penuh dengan bid'ah tapi mengaku Ahlussunnah,..makan hati melihat aqidah dan amaln keseharian mereka,..hebatnya setelah mereka (Aswaja Indon) memberi kita makan hati mereka tambah lagi lalapnya yakni BERULAMKAN JANTUNG, dengan mengudaranya TV tandingan mereka yang di isi oleh gembong syiah di Indonesia,... ck,ck,ck...benar-benar kenyang kita dibuat tingkah Aswaja Indon.
    -------------------------
    https://www.facebook.com/photo.php?fbid=558358260887190&set=a.253955207994165.61810.100001390620797&type=1&ref=nf parah........Gembong Syiah berdongeng di ASWAJA TV

    BalasHapus
  8. Kita sama-sama beragama islam hasil warisan jangan pada sibuk

    BalasHapus
  9. Bedanya, ada yang murni warisan Nabi, ada yang kecampur warisan nenek moyang, ada pula yang murni warisan nenek moyang yang kemudian dilabeli warisan Nabi.

    BalasHapus
  10. Ijin share ustad, jazakumullah.

    BalasHapus
  11. satu lagi ustad, ada juga yang kecampur baduinisasi tapi mengaku paling murni islamnya...

    BalasHapus
  12. waw, ternyata saya sedang masuk di blognya orang2 yang ahli surga....hebat hebt....saluut

    http://jagadkawula.blogspot.com/

    BalasHapus
  13. Saya sngat stuju skali dg tulisan di atas ini,emang stlah sya prhatikan aswaja tv lbh kntal dg tradisi jawa,bukan ajaran dri rasulullah.s.a.w. "ASWAJA"Asli Warisan JAwa..

    BalasHapus
  14. ''dan berpegang teguhlah engkau pada tali agama Allah dan jangan bercerai berai''wahai saudaraku kaum muslim,bukankah damai itu indah?kebersamaan itu indah?

    BalasHapus
  15. Assalamu'alaikum pak Ustadz,

    Janganlah sembarangan menuduh umat Islam dari kalangan NU ini seperti Syiah, karena jelas2 mayoritas mereka menentangnya. Mungkin ada beberapa petinggi mereka yg membela Syiah, tp tolong jgn di-generalisir karena bisa menimbulkan kebingungan di tengah umat.
    Saya bukan NU atau Syiah, bukan jg Wahabi/Salafi tp saya merindukan persatuan umat Islam (Ahlu Sunnah Wal Jama'ah), kecuali Syiah, Ahmadiyah, LDII & JIL yg jelas2 musuh kita bersama. Jangan memperuncing masalah yg mengakibatkan perpecahan & kebencian, apalagi pake istilah "Indon", memang ente orang Malaysia?
    Bahkan Rasulullah SAW pun mendoakan penduduk Thaif walaupun ditimpuki batu pada saat berdakwah, mari kita sama2 mencontoh Beliau sbg suri tauladan kita.
    Jazakallah khoir...

    BalasHapus
  16. kok usil jangan suudzanlah nanti kalau tidak terbukti jadi fitnah biarkan saja mereka asal masih menyembah Allah SWT masih sholat, Zakat, Puasa Haji kenapa anda repot?

    BalasHapus
  17. Arab & jawa memang dwi tunggal kalau kagak percaya tuh lihat penanggalan jawa & Arab kagak pernah cek-cok... itukan faktor human error karena mereka kurang dekat kpd Allah.... yang jelas kalian semua belum faham ajaran Islam... saya memaklumi karena dasar kalian nyadur Dari kitab2 karya manusia yang belum faham ttg Islam.... yg kalian omongkan itu kagak bisa nyambung alias tdk ada titik temunya... ibarat dua Jalan satu ke barat yg satunya ketimur..

    BalasHapus
  18. Insya Allah, kami warga NU selalu teliti dalam mengkaji hukum dan menjalankan syariat, karena pedoman kita bukan hanya sekedar buku bacaan dan file yang dimasukan ke notebook ato ipad, tapi kitab kuning yang memerlukan ilmu lebih dalam untuk memahaminya. kalom memang anda mau menyudutkan ulama NU, khatamkan dulu kitab-kitab asli yang bukan saduran, bisakan anda membacanya?

    BalasHapus
  19. Tambahan : Mereka selalu membanggakan kitab "kuning", seolah kebenaran terpancar jika kitab berwarna kuning, seolah kebenaran itu berwarna kuning. Kami yang hidup di zaman ipad dan gadget bisalah mengubah template menjadi kuning seketika kalau memang kuning adalah ukuran kebenaran. Tapi kami arif memahami bahwa kebenaran itu tak berwarna ini- itu. Para alim dari dulu hingga kini tak pernah bilang kebenaran itu berwarna kuning, tak pernah pula mereka bilang kebenaran itu kulit dan tulang karena mereka asalnya menggores di atas keduanya. Picik benar kami jika menyudutkan kebenaran di sudut kekuningan. Tak perlu pula kami menepuk dada bahwa kini begitu mudahnya kami terpapar dengan isi "kitab kuning", betapa pendakian kami meniti gunung "ilmu" telah dimudahkan Allah dengan segala macam kemudahan yang mungkin tak terbayang oleh mereka yang terkungkung di dalam tembok "kuning" yang ternyata kemudian nampak gamang kekuningan ketika melihat warna dunia ternyata tak hanya kuning.

    BalasHapus
  20. Bukannya saya mermehkan kitab-kitab karya seseoarang yang ditokohkan APA lagi NU,terus terang maksud Dan tujuan dibentuknya wadah sebagai organisasi Islam Sudan menyimpang dari jalur sebenarnya (dibuat ajang politik).. K.H. Hasyim As'ary adalah seorang pejuang R.I.diharapkan oleh beliau agar generasi penerusnya bisa menjaga ukhwah Islam.. ( rukun Islam & rukun iman ; pakem Islam) kenapa anda kok nggak bisa merukunkan pakem tsb? juga terhadap sesama umat Islam anda seperti orang suci yang nggak punya dosa saja, sholat anda belum tentu diterima saja sudah bangga dengan bisa baca kitab kuning .. mereka2 juga umat Muhammad..juga mahluk Allah... apa isi kitab kuning mengajarkan saling untuk menghina & mencaci Karena dia belum benar gitu...? anda tau rukun Islam & rukun iman tapi belum faham taskehnya... teori saja prakteknya nol gede... tulisan anda jangan membingungkan umat... kapasitas anda sebagai APA..? Oh apa anda kelak yang menjaga pintu syurga Dan tau ooo ini kamu yg begini & begitu.. sudah kamu masuk neraka saja.. he..he..

    BalasHapus
  21. Anda ini lucu dibalasan moment anda mengaku warga NU dikoment satunya anda mengatakan bukan NU dan anda jelas2 memusuhi ldii & jil muhammadiyyah syiah yg benar yg mana ? he..he... nggak usah tegang mas...

    BalasHapus
  22. ke25 nggak pernah ada perselisihan diantara beliau-beliau... kenapa anda yg bukan nabi Jadi kebakaran jenggot...he..he.. emang anda-anda yang nggak setuju dengan sunnahtulloh sunnahrosul Ahlusunnah wal jama'ah jihat fi sabilillah terus kalian dapat warisan ajaran Islam Dari siapa..? anda-anda semua hidup dimana? negara Arab...! emang orang jawa itu kamu anggap APA? lihat tu penanggalan/ al-manak nggak pernah berdebat "hai kamu tanggalan jawa kamu itu kejawen kamu muysrik DST." sebaliknya... mas kejawen ITU banyak ragamnya seharusnya anda tanya dulu ajaran kejawen yg mana? jangan asal ngomong... jangan baca kitab saja itu sama denagan berjalan dengan kaki satu.. kaki satunya mana? he,,,he..

    BalasHapus
  23. Kejawen kali stadz..

    BalasHapus
  24. Assalamu 'alikum tadz,
    Saya yakin anda ittiba' dan mengikuti Rasulullah. Begini, tolong anda teliti lagi kebenaran bahwa golongan yang anda sebut di atas itu keliru pemahamnnya tentang islam. Saya sendiri termasuk kalangan yang anda sebut keliru.
    Di www.idrusromli.com sudah ada tawaran untuk berdialog untuk membicarakan dimana kekeliruan kami. jadi, kalau anda betul-betul punya keyakinan bahwa kami salah dan tidak hanya memfitnah dan menuduh tanpa dasar, tolong di tanggapi tawaran tersebut untuk kemaslahatan bersama dan paling tidak menghilangkan salah persepsi tentang kami...
    Saya bisa menyimpulkan kalau anda hanya penyebar fitnah dan tanpa dasar kalau koment ini tidak dipublish.

    BalasHapus
  25. Wa'laikumus-salaam.

    Saya cuma mengutip dari kompasiana.

    Kalau memang ada tawaran dialog dari idrusromli, silakan idrus romli berdialog dengan beberapa ustadz-ustadz di STDI Imam Syafi'i Jember. Jaraknya cukup dekat dengan Idrus Romli.

    BalasHapus
  26. Sedikit tentang idrusramli

    اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا

    “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepada kamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agamamu.” (QS al-Ma-idah : 3).

    Idrusramli berkata :
    Para ulama salaf, TIDAK ADA yang menafsirkan ayat tersebut, dengan makna menolak bid’ah hasanah

    Tapi pada alenia yang lain (parahnya) masih dalam artikelnya yg sama idrusramli menyetujui bahwa imam Malik pernah berkata :

    “Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang melakukan suatu bid’ah dalam Islam yang dia anggap baik bid’ah tersebut, maka ia telah menuduh Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengkhianati risalah ini. Sebab Allah berfirman: ‘Pada hari ini telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepada kamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agamamu.’

    Kontradiksi bukan ??
    sblmnya dia mengatakan TIDAK ADA, tp dialenia yg lain ternyata malah mendustakan dirinya sendiri.

    Itulah (mungkin) pengagum salafytobat&idahram situkang dusta itu.



    BalasHapus
  27. walisongo? jelas sejarah mengatakan bahwa walisongo berjasa besar dibalik kemayoritasan islam di indonesia. dakwahnya memang pas, kalau gag pas ,,,, coba wahabi??????? bandingkan dakwah model wahabi! apa bisa semayoritas dakwah ala walisongo???

    dari sini semua dapat disimpulkan mana dakwah mana yang benar dan yang kurang benar???

    BalasHapus
  28. @ Abu Naum

    “Dan jika kamu menuruti kebanyakan manusia yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” [QS.al-An'am/6: 116]

    seperti sudah menjadi pakem bagi ASWAJA bahwa mayoritas adalah pasti benar. padahal Al Quran mengatakan bahwa justru mayoritas manusia itu dalam kesesatan.

    BalasHapus
  29. @Abu Naum:
    Wah, masak hanya karena lebih banyak diterima & dianut mayoritas penduduknya maka apa yang dibawakan dalam dakwah itu jadi benar?

    Kalau di Amerika dakwah yang paling mayoritas itu Katolik & Yahudi mas..
    Berarti Katolik & Yahudi itu jadi paham yang benar dong?

    Atau di India..
    Disana dakwah yang paling kuat & paling banyak dianut mayoritas penduduknya adalah Hindu.
    Apakah lantas Hindu jadi benar, gitu?

    Padahal dulu saat di Mekkah & awal mula di Madinah, jumlah pemeluk agama Islam itu jauh lebih sedikit dari pemeluk agama Nenek Moyang (Jahiliyyah) & Yahudi/Nasrani.
    Apakah lantas dakwah yang ditegakkan Kanjeng Nabi pada saat itu jadi salah, gitu?

    BalasHapus
  30. >> Abu Naum:
    Indonesia apa Jawa mas?
    Orang Melayu & Melanesia (Indonesia Timur) kalau bukan karena TV nggak ada satupun dari mereka yang kenal sama Walisongo, apalagi Sunan Kalijogo.

    >> Ustad Abu Jauzaa:
    Sekedar ralat mas, kalau nggak semua Walisongo itu mendukung penggunaan budaya Kejawen dalam "dakwah", hanya sebagian kecilnya saja.
    (Lihat: Serat Walisanga, Babad Tanah Jawi, Ketrangan Bungsu Arab Dateng tanah Jawi Sangking Hadramaut, Sejarah perkembangan Islam di Timur Jauh, Al-Jawahir As-Saniyyah, Umdatul Thalib, dll)

    BalasHapus
  31. yang bahaya ya aliran macam begini, mau memecah belah Indonesia. saya meragukan nasionalisme pemilik blog ini. Oh iya, lupa. mana ada wahabi nasionalis ya, itu kan sistem kafir.

    so enyahlah Islam arab dari Indonesia. buatlah khilafah di padang pasir afrika. buatlah hijau jadi hutan belantara. daripada di Indonesia bikin rusuh.

    BalasHapus
  32. @Anonim 19 Januari 2014 01.07:
    Wah, perkataan anda ini sama persis sama perkataan orang-orang Quraysi dulu pada Nabi Muhammad.

    Jadi ingat, dulu Nabi Muhammad juga dianggap memecah belah persatuan bangsa Arab & menghancurkan kekeluargaan suku Quraysi.
    Beliau juga dianggap menghina tuhan-tuhannya bangsa Arab waktu itu.

    Bahkan dianggap sebagai orang gila & masuk kedalam blacklist pemuka-pemuka suku di Arab untuk dibunuh.
    Tak cukup sampai disitu, kepala Nabi Muhammad juga dihargai teramat sangat mahal bagi siapapun yang berani & berhasil membunuh Beliau shalallahu 'alaihi wasallam.

    Semoga Allah memberikan hidayah pada anda sebagaimana Allah berikan hidayah pada Abu Sofyan & Sa'ad bin Abi Waqosh, atau bahkan Umar bin Khaththab.

    BalasHapus
  33. @Anonim 19 Januari 2014 01.07:
    Lagipula mas, ini tak sedang membahas Khilafah.
    Kalau mas Anonim pengen tau gimana pendapat pemilik blog ini tentang orang-orang yang memaksakan Khilafah di Indonesia (semisal Hizbut Tahrir), anda bisa baca disini.

    Ini menunjukkan kalau anda sama sekali belum kenal dengan blog ini, bahkan saya yakin anda belum membaca tulisan di halaman blog yang anda komentari ini.

    Maaf kalau saya tak sopan ya mas..
    Saya ingin mengajak anda untuk sedikit berfikir.
    Apa sih untungnya mencampur adukkan antara Islam dengan budaya lokal?

    Apakah hal ini menguntungkan bagi Islam?
    Apakah hal ini juga menguntungkan bagi kita warga pribumi Indonesia?

    Jawabnya, tidak sama sekali.

    Lhoh kenapa?
    Karena jika anda mencampur adukkan antara agama dan budaya seperti yang saya tanyakan diatas, maka anda akan kehilangan dua hal mendasar sekaligus.
    Pertama, anda akan kehilangan jejak Islam yang murni itu seperti apa.
    Kedua, anda akan kehilangan jejak budaya Indonesia yang murni itu seperti apa.

    Pertama, anda akan kehilangan jejak Islam yang murni (asli) itu seperti apa, dan alhasil muncul banyak aliran umat Islam yang tentunya setiap aliran akan merasa paling benar sendiri, seperti yang kita lihat di negara kita ini dimana banyak ormas & sekte serta aliran Islam menjamur dimana-mana.

    Kedua, jangan sampai tragedi Hindu di Indonesia ribuan tahun silam terulang di Indonesia.
    Tragedi apa itu?
    Tragedi musnahnya/punahnya jejak "budaya asli Indonesia" karena percampuran budaya Hindu dan budaya asli.

    Pada akhirnya saat ini anda tak bisa membedakan mana yang ajaran Hindu & mana yang budaya nenek moyang kan? Bahkan mungkin sudah hilang tertelan masa, tak ada satupun yang tau & ingat.

    Bahkan budaya wayang Mahabaratha itu pun akarnya juga dari Hindu.
    Nah... itu semua akibat dari mencampur adukkan antara budaya & agama.
    Secara tak sadar, anda sudah menjadi pengekor India dalam berbagai seginya.
    Padahal aslinya Indonesia ini bukan India.
    Lha wong suku bangsanya aja berbeda..

    Seperti menabur pasir kemuka sendiri kan?
    Orang-orang banyak yang menuduh orang yang berusaha memurnikan agama sebagai pengekor Arab & anti Nasionalisme, padahal orang-orang itu pun tanpa sadar sedang mengekor India dan lupa dengan budaya Nusantara.

    Dan di Indonesia, sejak abad 14 muncul lagi budaya baru, yaitu budaya Kejawen yang lahir dari percampuran agama dan budaya Jawa.
    Saya yakin anda pasti sudah tak tau apa itu mbelik, apa itu recho, dll..
    Karena apa? Karena yang anda tau sekarang hanya Nyewu, Tahlilan, Mauludan, Padusan, dan anda anggap itu sebagai budaya kita, padahal bukan.

    Kenapa anda & rata-rata orang kita yang tak belajar sejarah tak tau?
    Inilah salah satu akibat buruk mencampur adukkan agama & budaya.

    Padahal agama itu bukan budaya dan budaya juga bukan agama, agama adalah prinsip hidup & adicita.

    Sampai sini, apakah anda masih ingin & mendukung asimilasi budaya & agama?

    BalasHapus
  34. Maaf,
    Saya sebenarnya senang baca artikelnya, sangat sesuai dengan prinsip saya.

    Hanya saya cukup bikin kaget adalah ketika bapak Abul Jauzaa menggunakan kata "Indon" untuk menyebut orang Indonesia di judul dan artikelnya.

    Padahal kata "Indon" ini sangat sensitif di hati orang Indonesia semenjak kasus sengketa dengan pemerintah dan sebagian remaja Malaysia.

    Bahkan sebagian orang Nasionalis mengkaitkan orang Indonesia yang memanggil sesamanya dengan kata "Indon" ini dengan Traitor & Hypocrite.

    Meskipun belum diketahui arti harfiahnya, namun kata "Indon" ini lekat dengan penyebutan tuan Malaysia yang marah pada pembantunya yang berasal dari Indonesia, atau Polisi Malaysia yang marah ketika melihat kriminil dari Indonesia, atau remaja Malaysia yang marah/bertengkar dengan remaja Indonesia.

    Kata "Indon" ini sama insultnya dengan kata "Pakis" yang digunakan kaum Skinhead Inggris untuk menghina para imigran Pakistan & India di Inggris.

    Jadi saya sarankan pada bapak Abul Jauzaa untuk merubah sedikit kata "Indon" di artikel ini.

    Bukankah kebenaran itu akan lebih baik apabila dibungkus dengan bungkus yang indah?
    Karena apa yang dilihat oleh kebanyakan manusia adalah bungkusnya dulu, sebelum membuka bungkus & merasakan isinya.

    Dan bukankah Allah mengajarkan pada kita untuk berlemah lembut?
    Nabi Muhammad dulu juga berdakwah dengan lemah lembut, dan baru memperlihatkan ketegasan & kedisiplinan saat Islam sudah kuat di Madinah.

    Bapak Abul Jauzaa tak harus memuatkan/menerima komentar saya ini di kolom komentar.

    Saya baru saja belajar tentang Salaf, dan saya tertarik pada Salafi setelah mendengarkan kelembutan ustaz Badrusalam dalam ceramahnya.

    Mohon maaf kalau saya yang awam bicara seperti ini pada Bp. Ust. Abul Jauzaa.

    Salam kenal..
    Bp. Budi Santoso
    Jl. Slamet Riyadi no. 319 Kartasura, Solo

    BalasHapus
  35. @Bp. Budi Santoso
    Perlu diketahui, jika bapak baca dengan seksama maka bapak akan mengetahui bahwasanya artikel di atas hanyalah kutipan dari artikel orang lain yang dimuat di Kompasiana. Jadi, yang membuat judul bukan Akh Abul Jauzaa. Syukron.

    Abu Abdissalam

    BalasHapus
  36. He he he pada nggak jelas.

    BalasHapus
  37. indon juga manusia SEBENARNYA yang nulis artikel ni orang mana sih....kok sepertinya orang islam sekali.......menurut dia. padahal.....mari kita jaga diri dan keluarga dari api neraka, yang lain percaya mati tidak percaya mati....jangan di kira diri sendiri paling islam.......nulis harus tau sejarah dulu baru nulis.....jangan mudah di adu sepertti dombaaaa hahahahahahahah

    BalasHapus
  38. Assalamualaikum Admin...
    Maaf sebelumnya, kalau saya baca topik2 seperti ni jd keingat
    "topik klasik", NU dan Muhammadiyah, kalau sekarang apa ini namanya ya ?
    Alhamdulillah, saya pribadi sekarang ini dah gak pernah nemui 'rame2', atau pertajaman persoalan perbedaannya lagi, baik itu di dunia nyata maupun kabel, Alhamdulillah ya ada kemajuan ukhuwah.
    Baru2 ini saya baca E-Book dgn judul "Fiqh Al Ikhtilaf NU Muhammadiyah" (bs download gratis disini : http://duniadownload.com/agama-religi/fiqh-al-ikhtilaf-nu-muhammadiyah.html), mungkin itu bukan karya fenomenal dari ulama tersohor, tapi buat saya ada manffatnya. Terus terang mungkin saya mempunyai kecenderungan kearah pemahaman agama cara Muhammadiyah, tapi Alhadulillah, dari e-book tersebut ada ibrah yg bs saya petik, salah satunya, Coba memahami pemahaman dari orang yg beda pemahaman dan bagaimana menyikapi perbedaan tsb, sekaligus tetap berpijak pada kecenderungan pemahaman yg saya pegang. Disitu jg dibahas (dengan tingkat objektifitas yg dapat diterima), tentang pemahaman masing2 organisasi. Saya cb tekankan disini, NU-Muhammadiyah hanya contoh klasik, intinya apapun perbedaan antar kelompok, (kecuali kelompok yang sudah jelas dicap menyimpang oleh sumber yang bisa dipertanggungjawabkan), masing2 punya pemahaman, baik secara naqli maupun aqli, tinggal kita selalu minta petunjuk pada Allah untuk mengmbil yg lebih dekat pada Al-Haq dan terus belajar, dan kalau boleh saya rekomendasi, Insya Allah lebih 'terjaga' kalau belajar melalui tatap muka (misal datang ke majlis taklim), dengan alim ulama (contoh : Ustadz) yg sudah diketahui validitasnya.
    Mohom maaf kalau ada kata2 yang krg berkenan. Wassalamualaikum

    BalasHapus
  39. anda si penulis ini mungkin merasa paling islam
    oke silahkan saja

    tapi terus belajar ya...
    dan jangan lupa coba pelajari sesuatu diluar pemahaman guru anda.

    bisa saja guru anda masih terlalu dangkal ilmunya dan kerdil pemikirannya.

    wallahu a'lam

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul betul betul.penulis admin ini harus banyak belajar lagi supaya nggak sesat dan menyesatkan. tambahan buat admin fanatik terhadap agama sangat perlu, tapi fanatik terhadap golongan pemahaman dapat mengkerdilkan dirimu. camkan itu baik baik! !!!!!

      Hapus
  40. Aswaja tv itu ahlus-sunah palsu.by ekn sengspore.

    BalasHapus
  41. Dakwahnya bagus, ilmunya juga menarik untuk diperbincangkan, mengingatkan kita untuk kembali menilik manfaat & madharat sebagian adat-adat jejadian yang bersambung ke ranah agama di Indonesia.

    Tapi sayang, bahasanya bukan type Pendakwah, atau biar lebih jelasnya lagi - bukan gaya orang Islam.

    Gaya dakwah ke Yaman-Yamanan yang sangat keras dan cuek bebek soal etika & sopan santun seperti ini kalau dibawa ke Indonesia bisa bikin orang-orang justru benci Dakwah Salaf pada pandangan pertama.

    Hati-Hati Menyebut Kata "Indon".

    Apalagi sampai membodoh-bodohkan orang yang lebih tua, terlepas dari salah/benarnya mereka, tapi apakah yang namanya Nasehat yang diajarkan oleh Rasul itu apakah seperti ini?

    Kalau Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dulu emosian & bermental lemah menghadapi cacian, mungkin Islam akan seperti dimasa Nabi Nuh.

    Sayang, orang-orang semacam ini terlalu malu & gengsi untuk memperbaiki tulisannya.
    Menunggu para groupis untuk datang & membela setiap jengkal langkah si penulis hingga seakan-akan etika semacam ini bisa menjadi (seakan-akan di)benar(kan).

    Anonim berkata...

    @Bp. Budi Santoso
    Perlu diketahui, jika bapak baca dengan seksama maka bapak akan mengetahui bahwasanya artikel di atas hanyalah kutipan dari artikel orang lain yang dimuat di Kompasiana. Jadi, yang membuat judul bukan Akh Abul Jauzaa. Syukron.

    @ Abu Abdissalam (Anonim 20 Januari 2014 22.04).
    Sayang sekali, karena artikel ini keluarnya juga di blog abul-jauzaa.blogspot.com

    Sedangkan Kompasiana hanyalah semacam blog umum, forum, dan bank artikel.
    Kesan orang-orang adalah, "pasti yang nulis di Kompasiana juga Abul-Jauzaa, atau orang-orang Salafi semacam Abul-Jauzaa".

    Lagipula sepeti bapak diatas bilang, bodoh-bodohin orangtua itu juga bukan hal yang tepat dalam dunia dakwah.

    BalasHapus
  42. GAN BACA INI, LEBIH MENGERIKAN LAGI :

    http://www.kaskus.co.id/thread/520ddb39f8ca17ce1f000008/aswaja-tv-jadi-corongnya-syiah/1

    BalasHapus
  43. yang jelas, yg punya blog ini, yg bikin artikel, yg pd komentar, bahkan yg komentarnya cenderung merasa paling benar dan menghakimi golongan yg lain sesat ..... itu GA ADA YG PUNYA JAMINAN MENJADI AHLI SURGA ...... jadi ngapain juga ngotot membela pendapatnya atao pendapat orang lain yg sepemahaman mati2an. Pakai bawa ayat2 al quran segala, emang dah pd pinter nafsirin ayat2 al quran ya mas bro mas bro

    BalasHapus
  44. ..sy anggap tulisan ini sebagai duka nestapa wahabi menghadapi realita dakwahnya di Indonesia..

    BalasHapus
  45. ..publikasikan komentar sy, min.. Mari bertabayyun dgn saya..
    ..kalau antum berani..lillah fillah billah..
    ..afwan, jika berkesan ujub.., tp sy memberlakukannya untuk antum..

    BalasHapus
  46. Kebanyakan orang Salafi menganggap Aswaja itu adalah Asli Warisan Jahiliyah, tapi bagi ane Aswaja itu adalah Asli Wajah Jawa, atau Asli Warisan Jawa.... (karena menterjemahkan Quran dan Hadis itu sesuai dengan budaya, kultur dan adat Jawa)...

    BalasHapus
  47. dan mereka sekte Nahdliyyun selalu mengatakan :
    “Kami ASWAJA”

    mereka mengklaim jika mereka Ahlus Sunnah wal Jama'ah yg sebenar'y, akan tetapi perilaku mereka dlm beragama sangat jauh dr tuntunan syari'at yg telah Allah subhanaahu wa ta’ala turunkan dan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam sampaikan kpda kita..

    lalu sebenarnya klaim mereka sebagai ASWAJA itu bagaimana definisinya ??

    inilah jawabannya, sesungguh'y kata ‘ASWAJA’ itu masih samar-samar maknanya. Apakah maknanya itu :

    - ASWAJA (ASli WAni JAwab)
    - ASWAJA (ASli WAjah JAwa)
    - ASWAJA (ASli Warisan JAwa)
    - ASWAJA (ASli WArisan JAhiliyah)
    - ASWAJA (ASli WArisan JAhmiyah)
    - ASWAJA (ASosiasi WArisan JAhiliyah)
    - ASWAJA (ASosiasi WAjah JAhmiyah)
    - ASWAJA (ASli Warisan Amal JAhiliyah)
    - ASWAJA (Asli Syi'ah WAl JAhmiyah)
    - ASWAJA (Asli Syi'ah WilayAh JAwa)
    - ASWAJA (ASy'ariyah WAl JAhmiyah)
    - ASWAJA (Ahlul Sufi wal JAhmiyah)

    BalasHapus
  48. bener juga yah .. aswaja milik jawa doang , sumatra, kalimantan sulawesi sampai papua ,cuma ngontrak pakai nama aswaja..haaha

    BalasHapus
  49. syukron tambahan ilmunya
    salam hangat ana selaku admin blog dakwah kumpulankonsultasi.com

    BalasHapus
  50. emang di kira walisongo orang jawa apa..

    bodo ka punya tulisan

    walisongo itu kebanyakan orang timur tengah bahkan sunan ampel tu anak dari putri champa..

    kalau anda tidak pernah mempelajari tentang NU jangan banyak bual dasar wahabi laknatulloh,
    ngaku salafi padahal ulama ulamanya baru baru kemarin sore LOL.

    kalau NU jelas ilmu kalam ikut asyari , ilmu fiqih bermadzab syafi'i dan ilmu tassawuf ikut imam ghozali.

    kalau wahabi ikut siapa??

    muhammad bin wahab
    ibn tamiyah
    sapa lagi ibn bazz

    itu ulama kemarin sore jauh dengan ulama ulama aswaja NU

    terus mana yang lebih salaf ????

    masih ngaku sallaf???

    BalasHapus
  51. Please, tombol share facebook nya donk, syukron

    BalasHapus
  52. Aswaja NU semakin besar diterima mayoritas masy.indonesia.Membawa kedamaian, kesejukan.Bukti nyata.Ibarat suatu produk barang, produk brg yg berkualitas akan tetap dicari dan disukai banyak orang, tanpa ditawarkan2kan pun tetap dicari2 dan dibutuhkan byk orang.Islam rahmatan lil alamin.

    BalasHapus
  53. Weh weh weh. . . Pada ribut. Gak usah berselisih
    Cukuplah Alquran dan Hadis jadi sandaran, karna yang itu baru bener. Saya yakin jika kita kembalikan pada keduanya maka islam itu tetap satu, apa yang menyelisihinya maka tinggalkan, gak usah tanding tua tuaan ulama, klasik klasikan kitab atau banyak banyakan jumlah. Ilmu agama bukan pake akal akalan, jangan sampai akal kita mengatakan ini baik namun tidak disyariatkan, maka kata nabi itu tertolak, ilmu agama juga bukan apa kata guru, tapi QALALLAHU dan WAQOLA RASULILLAH.

    BalasHapus
  54. Pemecah belah umat. Licik dan manipulatif. VIRUS ini harus dikasi vaksin.

    BalasHapus